Tulisan ini merupakan sinopsis yang saya buat dari sebuah buku berjudul :
"Panduan Lengkap Kelapa Sawit"
Semoga melalui tulisan yang singkat ini teman-teman bisa mengetahui sedikit dari gambaran bagaimana Industri Kelapa Sawit di Indonesia. Selamat membaca dan semoga bermanfaat :)
"Panduan Lengkap Kelapa Sawit"
Semoga melalui tulisan yang singkat ini teman-teman bisa mengetahui sedikit dari gambaran bagaimana Industri Kelapa Sawit di Indonesia. Selamat membaca dan semoga bermanfaat :)
A. INFORMASI BIBLIOGRAFI
Judul : Panduan Lengkap Kelapa Sawit
Penulis : Iyung Pahan
Penerbit : Penebar Swadaya
Tebal Buku : 411 halaman
Th. Terbit : 2011
B. SINOPSIS
Indonesia merupakan negara agraris yang berpeluang menjadi pusat pasar pada berbagai komoditas pertanian, termasuk perkebunan kelapa sawit. Kelapa sawit bernama latin Elaeis guineensis ini memiliki sejarah di Indonesia yang berawal pada tahun 1848 yaitu dimana benih yang dibawa oleh bangsa Eropa dari Afrika Barat ditanam untuk melengkapi koleksi tanaman hias di Kebun Raya Bogor. Dua puluh dua tahun kemudian benih dari Bogor ditanam sebagai pemanis jalan di Deli, Sumatera Utara dan tahun 1911 ditanam di Rantau Panjang, Kuala Selangor, Malaysia. Dengan lahan yang subur, tenaga kerja yang produktif, dan sinar matahari yang melimpah sepanjang tahun, hal ini dapat menjadi daya dukung yang efektif. Selain itu, kelapa sawit merupakan sumber daya alam yang dapat diperbaharui dan merupakan tanaman yang paling produktif dengan produksi minyak per Ha yang paling tinggi dari seluruh tanaman penghasil minyak nabati lainnya seperti kedelai, gandum dan jagung. Dengan ini diharapkan Indonesia dapat naik kelas dari negara berkembang menjadi negara indusrti baru.
Dalam hal ini, lahan sendiri merupakan salah satu faktor suksesnya pengembangan perkebunan kelapa sawit disamping aspek modal insani (human capital), bahan tanaman, perizinan, keuangan, dan keamanan. Lahan yang baik dinilai memiliki prospek ekonomis yang mengacu pada faktor lingkungan, sifat fisik dan kimia tanah. Semakin baik kelas lahan yang akan digunakan, berarti lebih sedikit input atau upaya yang diberikan dalam sistem pengolahan perkebunan.
Kemudian untuk aspek bahan tanaman juga harus diperhatikan. Yang dimaksudkan adalah benih kelapa sawit, karena ini merupakan investasi yang nantinya menjadi keuntungan perusahaan. Dalam hal ini, industri kelapa sawit merupakan jenis usaha jangka panjang dan merupakan tanaman tahunan yang dipanen hasilnya beberapa tahun kemudian. Untuk itu perusahaan harus memastikan jaminan kualitas tinggi dari institusi penghasil benih untuk benih yang akan digunakan.
Selanjutnya aspek perizinan sangat menentukan keberhasilan pembukaan suatu perkebunan. Biasanya proses pencadangan lahan sampai keluar SK HGU (Hak Guna Usaha) memakan waktu yang cukup panjang (sampai 5 tahun). Karenanya, perusahaan harus dapat menyiasati kondisi ini dengan bagaimana cara agar saat SK HGU keluar, kegiatan perkebunan bisa langsung dilakukan. Namun hal ini tidak semudah yang dibayangkan karena adanya masalah pengusaha penambangan, Hak Pengusahaan Hutan (HPH), dan Hutan Tanam Industri (HTI) yang tidak memperkenankan kegiatan lahan (land clearing) oleh pihak perkebunan. Keterlambatan land clearing akan berdampak pada pembibitan yang jika sudah terlanjur tua (overage) bibit akan bermasalah saat ditanam dilapangan nantinya. Kegiatan land clearing sendiri merupakan pembukaan lahan dengan penebangan hutan dan pembakaran lahan. Namun mulai tahun 1994 sampai sekarang, Departemen Kehutanan membuat regulasi larangan kegiatan pembakaran. Selanjutnya, aspek keuangan juga tidak kalah penting dalam usaha perkebunan ini, karena keberhasilan pengembangan kebun sangat tergantung pada komitmen investasi.
Dalam hal ini, pemerintah juga harus memberikan dukungan dalam pendanaan. Salah satunya dengan memberikan alternatif sumber pembiayaan jangka panjang dengan bunga yang rendah untuk membiayai investasi perkebunan kelapa sawit, yaitu pemberian Kredit Likuiditas Bank Indonesia (KLBI) dengan suku bunga yang kompetitif. Selain itu, faktor keamanan merupakan faktor terakhir yang harus dipertimbangkan, seperti keamanan dari pencurian TBS oleh oknum-oknum tertentu. Karena jika hal ini berlanjut, diperkirakan akan semakin meningkat dan dapat berdampak pada penurunan minat investor yang akan merugikan perusahaan secara material dan juga mempengaruhi aspek psikologis akan rasa aman bagi pengelolaan perkebunan itu sendiri.
Di Indonesia sendiri terdapat dua jenis perkebunan kelapa sawit, yaitu kebun sawit inti (milik perusahaan penuh) dan kebun sawit KKPA (milik warga sekitar kebun). Untuk membangun industri kelapa sawit juga harus memerhatikan peraturan pemerintah yang telah ditetapkan. Adapun peraturan-peraturan pemerintahan dalam pembangunan perkebunan kelapa sawit di Indonesia, yaitu Hak Guna Usaha (HGU), pengelolaan lingkungan hidup, dan Roundtable on sustainable palm oil (RSPO).
Produk dari perkebunan kelapa sawit pada dasarnya adalah tandan buah segar (TBS) yang kemudian diolah menjadi produk setengah jadi berupa minyak kelapa sawit (MKS = Crude Palm Oil, CPO) dan inti kelapa sawit (IKS = Palm Kernel Oil, PKO). MKS dan IKS dapat diolah menjadi bermacam-macam produk lanjutan baik produk pangan maupun non pangan dengan berbagai kegunaan. Produk pangan hasil olahan dapat berwujud es krim, mentega, cokelat, minyak goreng, dan lain lain. Kemudian produk non pangan hasil olahan dapat berwujud amida, alkohol, deterjen, lilin, sabun, kosmetik, sampo, dan lain lain.
Selain itu MKS juga memiliki keunggulan di pasar internasional terutama karena biaya produksi paling rendah dibanding minyak nabati lainnya sehingga harga jualnya dapat lebih bersaing. Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi permintaan MKS di pasar domestik adalah sebagai berikut.
1). Pertambahan penduduk dan pertumbuhan gross domestic product (GDP).
2). Kepentingan politik masing-masing negara.
3). Letak geografis dan biaya transport.
4). Akses informasi.
5). Tingkat substitusi produk.
Perlu diketahui, dalam buah kelapa sawit memiliki kandungan nutrisi yang tinggi dan baik bagi kesehatan manusia, seperti nilai kalori sebesar 9 kkal /g, rendah kolestrol, daya cerna, sumber vitamin A, D, dan E, serta pembawa vitamin K, dan kandungan provitamin A. Vitamin K sendiri yang terdapat di dalamnya memiliki kandungan betakaroten mencapai 1.000 mg/kg, sedangkan provitamin A 900IU/g lebih besar dari kandungan provitamin A pada minyak ikan (600IU/g).
Kelapa sawit tumbuh dengan baik pada dataran rendah di daerah tropis yang beriklim basah, yaitu sepanjang garis khatulistiwa (23,5o LU – 23,5o LS). Dari hasil pengamatan FAO (Food and Agriculture Organization) atau Badan Pangan dan Pertanian dunia menyatakan bahwa Malaysia dan Indonesia merupakan dua negara utama produsen minyak sawit yang menguasai 85% pangsa pasar dunia. Indonesia sendiri total luas lahan perkebunan kelapa sawit yang tersebar di 19 provinsi sebesar 5,45 juta ha pada tahun 2004. Provinsi yang memiliki luas area terbesar yaitu Riau 1,37 juta ha dan Pulau Sumatera yaitu 76,93% dari luas perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Untuk tempat pengolahannya yaitu PKS, setiap luas areal perkebunan 10.000 ha wajib didirikannya sebuah Pabrik Kelapa Sawit (PKS). Kapasitas pengolahan PKS biasanya dihitung dengan kemampuan PKS mengolah TBS selama 1 jam atau biasanya disebut kapasitas olah (throughput). Selain itu juga dihitung berdasarkan produksi pada bulan puncak sebesar 12,5% dari total produksi tahunan.
Proses industri kelapa sawit sendiri memiliki beberapa tahap penting, yaitu pembibitan, pembukaan lahan atau land clearing, penanaman kelapa sawit, pemeliharaan dan pemupukan, pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman (HPT), panen (harvesting), pengolahan kelapa sawit, dan distribusi produk.
Pembibitan kelapa sawit sendiri memiliki tiga varietas, yaitu Dura (cangkang dan inti tebal), Psifera (cangkang tipis dan inti kecil), dan Tenera (cangkang tipis dan inti tebal). Dan Tenera sendiri merupakan hasil persilangan antara Dura dan Psifera, dan banyak digunakan varietasnya sebagai bibit di industri kelapa sawit. Pembibitan memiliki tujuan yaitu untuk mendapatkan bibit siap tanam yang seragam pada umur yang sama. Dua tahapan yang terdapat pada pembibitan, seperti Pre Nursery (1 sampai maksimal 3 bulan di babybag), dan Main Nursery (maksimal 15 bulan di dalam polybag sebelum kemudian ditanam). Pada pembibitan ini terdapat beberapa kegiatan yang dilakukan, diantaranya persiapan areal pembibitan, penanaman kecambah, pemeliharan dari hama dan penyakit (HPT), dan seleksi bibit.
Tahapan selanjutnya yaitu pembukaan lahan atau land clearing yang bertujuan menyiapkan lahan untuk tempat dudukan penanaman kelapa sawit. Kegiatan yang dilakukan dalam pembukaan lahan meliputi pengukuran areal, pembangunan infrastruktur, pengelolaan tata air, dan pembersihan lahan, serta replanting atau peremajaan lahan yang akan ditanami tanaman baru.
Setelah lahan siap digunakan, kegiatan penanaman tanaman kelapa sawit dapat dilakukan. Kegiatan pada penanaman kelapa sawit memiliki urutan, yaitu persiapan dan penanaman Land Cover Crop (LCC) atau tanaman penutup tanah, membuat pancang dan lubang tanam, pemupukan lubang tanam, penanaman kelapa sawit, dan konsolidasi pokok doyong dan penyisipan.
Disamping itu, pemeliharaan dan pemupukan pada tanaman kelapa sawit juga harus dilakukan, karena kemampuan lahan dalam penyediaan unsur hara secara terus menerus sangatlah terbatas dan tidaklah mencukupi untuk pertumbuhan tanaman kelapa sawit. Pemupukan dilakukan dalam tiga tahap, yaitu pada pembibitan, TBM, dan TM. Pupuk yang digunakan pada kelapa sawit sendiri meliputi pupuk anorganik (bahan kimia: N, P, K, dan lain lain) dan pupuk organik (memanfaatkan produk limbah pabrik berupa limbah cair, janjang kosong, dan lain-lain). Penggunaan pupuk anorganik dapat dilakukan dengan pengeceran untilan pupuk ke dalam barisan tanaman, dan untuk pupuk organik diletakkan di area piringan pokok atau pada rorak.
Disisi lain, kita juga harus waspada dengan adanya hama dan penyakit tanaman. Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman (HPT) merupakan kegiatan perlindungan tanaman agar tetap tumbuh dengan normal. Contoh hama pada tanaman kelapa sawit, diantaranya ulat api, tikus, ular, monyet, rayap, babi hutan, dan lain-lain. Selain hama juga terdapat gulma pengganggu seperti ilalang, anak kayu, pakis, dan sebagainya. Serta penyakit pada tanaman kelapa sawit, contohnya busuk pangkal batang, tandan buah, dan busuk pucuk. Ketika semuanya telah dilakukan dengan baik, barulah tanaman sawit dapat dipanen.
Panen (harvesting) merupakan kegiatan mengambil buah dari pokok dan dikumpulkan di Tempat Pengumpulan Hasil (TPH) sesuai ancak panen (ramalan panen) yang dibuat oleh mandor panen pada hari sebelumnya. Buah yang sudah siap panen ditandai dengan membrondolnya buah di pohon. Persiapan yang harus dilakukan sebelum panen adalah persiapan kondisi areal, penyediaan tenaga pemanen, pembagian seksi panen, dan penyediaan alat panen (dodos, egrek, angkong, gancu, goni) serta alat angkut dari kebun ke PKS (dump truck, net system dan lain-lain). Setelah buah dirasa telah terpanen semua di kebun, barulah buah di TPH dikirim ke PKS untuk diolah. Keterlambatan (restan) pengangkutan TBS ke PKS akan memengaruhi proses pengolahan, kapasitas olah, dan mutu produk akhir.
Sesampainya di PKS, tanaman sawit yang telah dipanen akan siap untuk diolah. TBS diolah di PKS untuk dijadikan minyak mentah (CPO) dan inti (PKO) melalui beberapa tahapan pada stasiun utama dan pendukung. Stasiun utama terdiri dari stasiun penerimaan buah, stasiun perebusan, stasiun pemipilan, stasiun pencacahan pengempaan, stasiun pemurnian, dan stasiun pemisahan biji dan kernel.
Stasiun penerimaan buah pada PKS merupakan stasiun pertama dimana buah dari kebun diterima di PKS. Pada stasiun ini terdiri dari jembatan timbang (weight bridge) dan loading ramp. Truk pengangkut TBS harus melewati jembatan timbang, yang berfungsi untuk mengetahui berat TBS yang masuk untuk diolah. Setelah ditimbang, TBS di truk dibongkar ke loading ramp untuk diseleksi buah matang, buah busuk, buah mentah, dan tangkai panjang. Selain kriteria buah matang, buah yang lain dikembalikan jika buah berasal dari KKPA karena dapat memengaruhi mutu produk. Buah yang telah lolos seleksi, kemudian dimasukkan ke dalam lori (yang umumnya berkapasitas 3ton/lori tergantung kapasitas olah PKS) untuk selanjutnya direbus di stasiun perebusan (sterilizer).
Pada stasiun perebusan, lori-lori yang berisi TBS dimasukkan ke dalam sebuah bejana sterilizer untuk direbus. Perebusan sendiri pada PKS merupakan tahap yang penting dan dapat disebut inti dari proses di PKS. Jika terjadi ketidakmaksimalan perebusan atau terlalu matang dalam merebus buah, hal ini akan sangat memengaruhi tahapan pada proses di stasiun selanjutnya. Perebusan dilakukan dengan menggunakan uap bertekanan 2 – 2,8 kg/cm2 dengan suhu 90o-135oC dan lama perebusan 80-90 menit. Pada dasarnya, fungsi dari stasiun perebusan ini adalah menon-aktifkan enzim lipase yang dapat menghidrolisis minyak yang berpengaruh besar pada kualitas.
Setelah dilakukan perebusan buah, lori yang berisi buah rebusan dikirim ke stasiun pemipilan dengan menggunakan hoisting crane. Lori yang dikirim menggunakan hoisting crane kemudian dimasukkan ke dalam auto feeder. Pada stasiun pemipilan ini bertujuan untuk memisahkan brondolan dengan tandan buah melalui proses membanting TBS oleh thresher. Hasilnya terdiri dari tandan kosong (tankos) dan brondolan. Tandan kosong merupakan salah satu limbah PKS yang digunakan sebagai pupuk organik tanaman kelapa sawit di kebun. Untuk brondolan sendiri kemudian diolah lebih lanjut di stasiun pencacahan dan pengempaan.
Di stasiun pencacahan dan pengempaan terjadi proses pencacahan brondolan yang bertujuan untuk melumatkan buah dengan suhu 95o ± 2oC menjadi mash atau bubur oleh bejana digester agar mudah dalam proses pengempaan. Cara kerja digester yaitu melumatkan brondolan dengan pisau pencacah di dalam digester yang berputar dan mendorong hasil pencacahan berupa mash atau bubur menuju mesin pengempaan yaitu presser. Pada proses pengempaan bertujuan untuk memisahkan minyak kasar (crude oil) dari daging buah dengan menggunakan screw press dengan sistem tekanan hidrolik. Disini terdapat dua hasil pemisahan yaitu berupa daging buah (yang akan diproses lanjut pada stasiun pemisahan biji dan kernel) dan minyak kasar atau crude oil (yang akan diproses lanjut pada stasiun pemurnian).
Setelah dilakukan pengempaan, salah satu hasil berupa minyak kasar atau crude oil diproses lanjut pada stasiun pemurnian. Dimana pemurnian dilakukan bertujuan untuk memisahkan minyak kasar dari kotoran-kotoran, seperti padatan, lumpur, dan air menjadi minyak mentah sebagai produk MKS menggunakan clarifeir dengan cara pengendapan. Cairan bersama kotoran-kotoran yang terendapkan merupakan salah satu dari limbah kelapa sawit berupa limbah cair yang dimanfaatkan sebagai pupuk organik yang dialirkan ke lahan perkebunan. Dan kemudian MKS yang telah dimurnikan dialirkan ke tempat penyimpanan sementara berupa storage sebelum didistribusikan.
Selanjutnya daging buah diproses pada stasiun pemisahan biji dan kernel. Dimana pada stasiun merupakan proses pemisahan yang dilakukan dengan cara pengeringan biji (oleh nut silo), pemisahan biji (oleh nut grading), pemecahan biji (oleh nut cracker), pemisahan kernel dan cangkang dilakukan di LTDS 1 dan LTDS 2, serta dengan teknik pemisahan basah oleh hydrocyclone, kemudian terakhir proses pengeringan kernel yang menggunakan kernel dryer. Pada kernel dryer sudah didapatkan hasil berupa IKS yang kemudian dimasukkan ke bak penampungan yaitu kernel bunke.
Selain stasiun utama juga terdapat stasiun pendukung di PKS meliputi stasiun pembangkit tenaga, laboratorium, stasiun pengolahan air, stasiun limbah (mill effluent), stasiun penimbunan produk dan bengkel PKS. Meskipun bernama stasiun pendukung namun perannya sangatlah penting untuk mendukung kegiatan di PKS. Dari masing-masing tahapan proses apabila dilakukan dengan baik maka akan menghasilkan produk yg bermutu dan berdaya jual tinggi di pasaran yang memiliki dokumen dan legalitas hukum yang sah.
Sementara itu, pada industri kelapa sawit juga terdapat praktik akunting dan auditing yang sangat dibutuhkan dalam kelangsungannya yang bertujuan untuk memonitoring pekerjaan, tenaga kerja, inventori, keuangan, organisasi dan kegiatan yang ada di dalam industri kelapa sawit. Pembangunan industri kelapa sawit juga harus memerhatikan bagaimana pentingnya kelayakan finanasial pembangunan. Pada umumnya finansial awal dikumpulkan melalui investasi dana atau penanaman modal dari para investor dan pemegang saham. Rencana pembangunan industri kelapa sawit ini harus terdapat kelayakan finansial yang baik dimana jika tidak dipenuhi nantinya akan mengganggu kelangsungan kegiatan di industri kelapa sawit sendiri.
Seperti kita ketahui, dalam industri kelapa sawit terdapat kegiatan dimana didalamnya membutuhkan banyak pihak dalam pembangunannya. Berinteraksi juga hal yang tidak luput dilakukan antar pelaku organisasi perusahaan. Dalam organisasi sendiri ada beberapa pokok yang harus diperhatikan dalam perkembangannya, meliputi konsep perilaku, struktur, dan proses organisasi. Pembangunan karakter perilaku organisasi juga dapat dilakukan untuk perkembangan industri kelapa sawit. Untuk membangun perkembangan industri kelapa sawit dibutuhkan interaksi yang baik dan berkualitas antar pelaku organisasi agar kelangsungan kegiatan juga dapat berjalan dengan baik dan dapat memaksimalkan hasil produksi.
Hal ini bisa dilakukan dengan proses organisasi yang baik meliputi komunikasi, pengambilan keputusan, sosialisasi, dan pengembangan karir. Peran pemerintah juga diharapkan dalam pengembangan industri kelapa sawit. Dimana pemerintah diharapkan dapat membentuk sebuah organisasi yang berpengetahuan untuk membangun Sistem Agribisnis Kelapa Sawit Indonesia (SAKSI) yang terpadu agar didapatkan kompetensi yang maksimal.
Oleh karena itu, olahan kelapa sawit di Indonesia bernilai daya jual tinggi apabila diproses dengan cara yang baik dan benar. Selain itu, diperlukan ketekunan dan keuletan dalam budi daya sawit Indonesia dengan dukungan dari pihak terkait maupun pemerintah Indonesia. Dan membutuhkan dorongan serta konsep sistem yang terpadu dari segala aspek guna mencapai mutu kualitas yang terbaik dengan melakukan pendekatan kualitatif sehingga bisnis kelapa sawit Indonesia menjadi bisnis yang mampu menyejahterakan bangsa secara berkelanjutan (sustainable).
Jakarta, 17 Juli 2014
Politeknik Manufaktur Astra Jakarta 2014
Yheti Aprillia Hertanti
TPHP II - 0220120098
SEMOGA BERMANFAAT. AYO BERKEBUN `^_^`
Tidak ada komentar:
Posting Komentar