Selasa, 12 Maret 2013

Kini Aku Telah Menjadi MAHASISWA :)


Ummi, mungkin itulah kata terindah yang pernah dimiliki seorang anak, di manapun ia berada, dari manapun ia berasal. Begitu pula denganku. Kata itu lah yang selalu menghiasi lembar demi lembar buku diary ku sejak kecil hingga kini, mahasiswa.
Beberapa bulan lalu, berita bahagia itu datang. Ya, berita kelulusan tentang diterimanya aku di sebuah perguruan tinggi di Jakarta membuat hatiku menari-nari sejak pagi. Ummi yang tau mengenai itu lantas segera menghampiriku dan memeluk, erat sekali. “Barakallah ya anak ummi yang shalihah, semoga makin rajin ibadahnya” pesan beliau di telinga kananku
Aku hanya terdiam, ada dua perasaan yang bercampur di sana. Antara sedih dan bahagia. Tak terasa butiran bening mengalir perlahan dari kedua mataku.
“Ummi, aku gak jadi deh kuliah di sana” kutatap wajah lembut ummi
“Kenapa sayang? Diambil aja, itu hadiah dari Allah loh”
Hening. Lagi lagi aku hanya diam sambil sesenggukan menahan tangis agar tak semakin menderas
Namun kata-kata itu hanya bergema di hatiku. Ah andai ummi tahu mengenai itu semua…
Sejurus kemudian ummi menatapku dalam-dalam, menepuk pundakku, lantas berlalu ke kamar.
Wajah ummi beberapa hari kemudian kulihat amat sendu. Aku tahu, itu pasti karena dalam tenggat beberapa hari lagi aku akan pergi ke ibu kota.
Suatu malam, saat semua orang tengah terlelap dalam mimpi panjang mereka, aku terbangun. Lamat-lamat ku dengar sebuah suara yang tak asing lagi di telinga. Suara itu, ya Rabb sedang menangis…
Perlahan aku mendekati sumber suara, sekelabat bayangan muncul tengah bersimpuh di atas sajadah biru muda, ummi dengan kepasrahannya yang besar pada sang pencipta, menengadahkan tangan seraya berdoa “ya Allah, yang maha meluaskan rizki, hamba mohon lapangkanlah rizkimu untuk anakhamba, lancarkan dan lindungilah anak hamba dalam menutut ilmu dinegeri orang. Semua engkau yang berkehendak ya rahmaan…” diucapkannya doa itu berulang kali dengan suara pelan, seolah tak ingin didengar oleh dinding sekalipun.
Perlahan, aku beringsut kembali menuju kamar dan memejamkan mata.
Izinkan aku bermimpi sejenak dalam tidurku nanti, bermimpi tentang senyum yang selalu ku dapati kala menatap wajah teduh itu, bermimpi tentang masa kecil yang penuh warna bersamanya ya Rabb…
Ummi, kini aku telah resmi berstatus mahasiswa, itu semua berkat Allah dan doa-doa ummi yang membawanya melangit bersama lantunan dzikirmu untuk kami, anak-anakmu.
Ummi, sosokmu selalu menghiasi baris demi baris, lembar demi lembar buku diaryku. Senyummu, canda tawamu, amarahmu, teguranmu, semua mengkristal dalam pori-pori otakku.
Kini aku telah menjadi mahasiswa, dan ummi tak jarang masih ku temui tengah melantunkan doa-doa panjang untuk kami, anak-anaknya. Doa yang terlukis dalam hari-hari kami
Kini aku telah menjadi mahasiswa, dan ummi masih saja mengingatkanku agar tak lupa shalat, menanyakan kabar, hingga menyanyikan sebait lagu untukku, meski hanya lewat sambungan telepon.
Kini aku telah menjadi mahasiswa, dan ummi masih saja dengan setia mendengar celotehanku, menjadi teman curhatku saat banyak tugas yang ku hadapi.
Kini aku telah menjadi mahasiswa, dan aku masih saja belum mampu membalas semua kasih sayang dan kebaikannya.
Kini aku telah menjadi mahasiswa dan aku hanya mampu menuliskan sebait puisi pada diary yang penuh luapan rinduku padanya. Biarkan Allah saja yang membalas semua cinta yang telah diberi olehnya. Biarlah Allah mengangkat doa-doa ummi dan mengijabahnya.
aamiin
Maka izinkan aku melukiskan satu rindu padanya dalam sujud malamku, dalam doa panjangku, dan dalam setiap hela nafasku. Ya Allah, cintai ia melebihi cinta ku padanya.
Ummi, saat ku menguntai hari
Ada senyummu menari pada titian pelangi
Ummi…
Tegarmu bagai karang yang kokoh
Ditempa derasnya air laut
Rinai tawamu, serupa percikan nada
yang membangkitkan nadi semangatku
Ummi…
Biarkan aku menyulam rindu
serupa gulungan ombak
agar kau selalu hadir dalam lautan hidupku

Tidak ada komentar:

Selasa, 12 Maret 2013

Kini Aku Telah Menjadi MAHASISWA :)


Ummi, mungkin itulah kata terindah yang pernah dimiliki seorang anak, di manapun ia berada, dari manapun ia berasal. Begitu pula denganku. Kata itu lah yang selalu menghiasi lembar demi lembar buku diary ku sejak kecil hingga kini, mahasiswa.
Beberapa bulan lalu, berita bahagia itu datang. Ya, berita kelulusan tentang diterimanya aku di sebuah perguruan tinggi di Jakarta membuat hatiku menari-nari sejak pagi. Ummi yang tau mengenai itu lantas segera menghampiriku dan memeluk, erat sekali. “Barakallah ya anak ummi yang shalihah, semoga makin rajin ibadahnya” pesan beliau di telinga kananku
Aku hanya terdiam, ada dua perasaan yang bercampur di sana. Antara sedih dan bahagia. Tak terasa butiran bening mengalir perlahan dari kedua mataku.
“Ummi, aku gak jadi deh kuliah di sana” kutatap wajah lembut ummi
“Kenapa sayang? Diambil aja, itu hadiah dari Allah loh”
Hening. Lagi lagi aku hanya diam sambil sesenggukan menahan tangis agar tak semakin menderas
Namun kata-kata itu hanya bergema di hatiku. Ah andai ummi tahu mengenai itu semua…
Sejurus kemudian ummi menatapku dalam-dalam, menepuk pundakku, lantas berlalu ke kamar.
Wajah ummi beberapa hari kemudian kulihat amat sendu. Aku tahu, itu pasti karena dalam tenggat beberapa hari lagi aku akan pergi ke ibu kota.
Suatu malam, saat semua orang tengah terlelap dalam mimpi panjang mereka, aku terbangun. Lamat-lamat ku dengar sebuah suara yang tak asing lagi di telinga. Suara itu, ya Rabb sedang menangis…
Perlahan aku mendekati sumber suara, sekelabat bayangan muncul tengah bersimpuh di atas sajadah biru muda, ummi dengan kepasrahannya yang besar pada sang pencipta, menengadahkan tangan seraya berdoa “ya Allah, yang maha meluaskan rizki, hamba mohon lapangkanlah rizkimu untuk anakhamba, lancarkan dan lindungilah anak hamba dalam menutut ilmu dinegeri orang. Semua engkau yang berkehendak ya rahmaan…” diucapkannya doa itu berulang kali dengan suara pelan, seolah tak ingin didengar oleh dinding sekalipun.
Perlahan, aku beringsut kembali menuju kamar dan memejamkan mata.
Izinkan aku bermimpi sejenak dalam tidurku nanti, bermimpi tentang senyum yang selalu ku dapati kala menatap wajah teduh itu, bermimpi tentang masa kecil yang penuh warna bersamanya ya Rabb…
Ummi, kini aku telah resmi berstatus mahasiswa, itu semua berkat Allah dan doa-doa ummi yang membawanya melangit bersama lantunan dzikirmu untuk kami, anak-anakmu.
Ummi, sosokmu selalu menghiasi baris demi baris, lembar demi lembar buku diaryku. Senyummu, canda tawamu, amarahmu, teguranmu, semua mengkristal dalam pori-pori otakku.
Kini aku telah menjadi mahasiswa, dan ummi tak jarang masih ku temui tengah melantunkan doa-doa panjang untuk kami, anak-anaknya. Doa yang terlukis dalam hari-hari kami
Kini aku telah menjadi mahasiswa, dan ummi masih saja mengingatkanku agar tak lupa shalat, menanyakan kabar, hingga menyanyikan sebait lagu untukku, meski hanya lewat sambungan telepon.
Kini aku telah menjadi mahasiswa, dan ummi masih saja dengan setia mendengar celotehanku, menjadi teman curhatku saat banyak tugas yang ku hadapi.
Kini aku telah menjadi mahasiswa, dan aku masih saja belum mampu membalas semua kasih sayang dan kebaikannya.
Kini aku telah menjadi mahasiswa dan aku hanya mampu menuliskan sebait puisi pada diary yang penuh luapan rinduku padanya. Biarkan Allah saja yang membalas semua cinta yang telah diberi olehnya. Biarlah Allah mengangkat doa-doa ummi dan mengijabahnya.
aamiin
Maka izinkan aku melukiskan satu rindu padanya dalam sujud malamku, dalam doa panjangku, dan dalam setiap hela nafasku. Ya Allah, cintai ia melebihi cinta ku padanya.
Ummi, saat ku menguntai hari
Ada senyummu menari pada titian pelangi
Ummi…
Tegarmu bagai karang yang kokoh
Ditempa derasnya air laut
Rinai tawamu, serupa percikan nada
yang membangkitkan nadi semangatku
Ummi…
Biarkan aku menyulam rindu
serupa gulungan ombak
agar kau selalu hadir dalam lautan hidupku

Tidak ada komentar: